Kamis, 22 Mei 2014

Tawuran SMA di Depok

Hari kemarin sepulang kerja saya kaget sekali ada kabar bahwa ada siswa SMK Baskara Depok yang meninggal akibat tawuran antara SMA Baskara dengan SMK Pancoran Mas Depok yang terjadi di dekat Depok Town Square (DTC). Tawuran terjadi saat pulang sekolah sekitar jam 3 sore. Ternyata siswa SMK tersebut tinggal dekat dengan rumah saya. Miris sekali hati saya mendengar berita ini. Nama siswa yang terkena musibah itu adalah Abu alias Dedi Triyuda, siswa kelas 2 SMK Baskara Depok berumur 17 tahun berbadan kurus dan berasal dari keluarga sederhana. Sampai jam 7 tadi malam di depan rumah Abu masih banyak teman2nya menunggu kedatangan jenazah Abu. Dedi Triyuda memang dikenal pendiam, tapi dia juga disegani karena dia juga anggota geng preman sekitar DTC yang biasa diundang jika ada tawuran. Pada hari yang naas itu, dia sempat segan pergi ke sekolah, karena dia merasa dia akan menjadi target pada tawuran hari selasa tersebut (hal ini diungkapkan pada teman dekat rumahnya), tapi apa daya pada hari naas itu dia dimarahi ayahnya agar pergi sekolah. Maka pergilah dia sekolah, ternyata dugaan Abu benar, dia menjadi target pada tawuran tersebut. Peristiwa ini terjadi setelah dua hari sebelumnya mereka tawuran di Jalan Merpati, Depok.
Oleh sebab itu saya cari berita sebenarnya di internet. Berikut saya tuliskan beritanya. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang merasa mempunyai anak yang masih duduk di SMA.
Abu (17) pelajar SMK Baskara, Kota Depok tewas saat tawuran dengan pelajar dari sekolah lain. Mayatnya dibawa petugas kepolisian dari Pancoran Mas, Kota Depok, Rabu (12/9).
Sumber Berita: http://news.detik.com/
Judul Berita: Siswa SMK Depok Ditemukan Tewas Berlumuran Darah di Depan Klinik
Isi Berita:
Depok Seorang siswa SMK ditemukan tewas di depan sebuah klinik, Jalan Keadilan, Rawa Denok, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jabar. Tubuhnya berlumuran darah. Diduga, ia korban tawuran.
Korban yang belum diketahui identitasnya itu menggunakan kaos kuning bertuliskan ‘SMK Baskara, Elektronik Komunikasi’, celana warna abu-abu, dan sepatu warna hitam. Dia berkulit sawo matang, kurus, dan tinggi sekitar 160 cm.
Saksi mata, Abduh, menyatakan sekitar pukul 15.20 WIB, Rabu (12/9/2012), ada beberapa siswa SMK yang turun dari angkot. Tak lama kemudian, terdengar teriakan minta tolong. “Dari dalam klinik, saya lihat ada yang terkulai,” kata pegawai klinik ini.
Abduh mengaku sempat melihat seseorang berlari ke arah barat. Namun ia tidak melihat wajah orang itu dengan jelas. “Yang terlihat cuma ada yang lari,” katanya.
Informasi penemuan mayat itu segera tersebar. Warga berdatangan. Polisi pun mengamankan lokasi untuk penyelidikan.
Kapolsek Pancoran Mas, Kompol Agus Salim, menduga mayat tersebut adalah korban tawuran. Siang tadi, polisi mendapat laporan adanya tawuran di depan ITC Jalan Raya Sawangan dan Beji. “Kita masih menyelidiki dan mencari saksi-saksi,” katanya di lokasi kejadian.
Sekitar pukul 16.20 WIB, polisi masih menggelar olah TKP. Jenazah ditutupi sarung kotak-kotak warna hijau. Di sekelilingnya ditandai dengan coretan kapur. Puluhan warga sekitar berkerumun.
Sumber Berita: http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/12/21015132/Polisi.Periksa.25.Saksi.Tawuran.di.Depok
Judul Berita: Tawuran Pelajar, Polisi Periksa 25 Saksi Tawuran di Depok
Isi Berita:
DEPOK, KOMPAS.com — Sampai Rabu (12/9/2012) malam, penyidik Kepolisian Sektor Pancoran Mas sudah memeriksa 25 orang. Mereka dimintai keterangan terkait kekerasan yang terjadi antara Sekolah Menengah Kejuruan Baskara dan SMK Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.
Kedua sekolah dikenal sering terlibat kekerasan. Peristiwa ini terjadi dua hari setelah siswa dari dua sekolah itu tawuran di Jalan Merpati, Depok.
Dalam peristiwa ini beberapa orang terluka dan seorang siswa SMK Baskara bernama Abu alias Dedi Triyuda (17) tewas.
“Sampai malam ini ada 25 saksi yang kami periksa, mereka adalah 13 siswa SMK Baskara, enam siswa SMK Pancoran Mas, sisanya dari warga dan petugas keamanan yang melihat peristiwa itu. Kami masih mencari barang bukti yang belum kami dapatkan,” kata Wakil Kepala Polsek Pancoran Mas Ajun Komisaris Ibnu Salam.
Belum ada dari seluruh yang diperiksa penyidik menjadi tersangka. Penyidik membawa sebagian dari yang diperiksa ke luar Markas Polsek Pancoran Mas untuk mencari barang bukti.
Di lokasi penyerangan di persimpangan Kodim, Jalan Raya Sawangan, polisi menemukan besi lengkung seperti celurit sepanjang 50 sentimeter, semprotan sejenis piloks, serta batu-batu yang diduga dilemparkan saat tawuran.
Kekerasan yang terjadi antara SMK Baskara dan SMK Pancoran Mas berlangsung tadi sore pukul 14.30. Pukul 15.00 jenazah Abu ditemukan warga di Apotek Depok Dua, Jalan Keadilan, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas. Kedua sekolah dikenal sering terlibat kekerasan. Peristiwa ini terjadi dua hari setelah siswa dari dua sekolah itu tawuran di Jalan Merpati, Depok.
Malam ini para orangtua siswa mendatangi markas polsek. Mereka mencari kabar keselamatan anak-anaknya setelah tawuran.
Editor: Marcus Suprihadi
Sumber Berita: http://www.tempo.co/
Judul Berita: Tawuran Dari Atas Truk Semen, Satu Pelajar Tewas
Isi Berita:
TEMPO.CO, Depok-Seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan tewas dalam tawuran dengan sesama pelajar di Pancoran Mas, Depok, Rabu 12 September 2012. Dedi Triyuda, 17 tahun, siswa kelas dua SMK Baskara dibacok dengan celurit dan dilempari batu.
“Ada satu orang memakai celurit dan langsung bacok dan ada yang melempari batu,” kata rekan korban, Muhammad Irfan, 18 tahun, saat ditemui di Markas Polsek Pancoran Mas, Depok, Rabu 12 September 2012.
Irfan mengatakan, tawuran terjadi sekitar pukul 15.30. Saat itu dia dan 11 temannya pulang sekolah dengan menumpang truk semen. Saat mereka melewati Jalan Raya Sawangan mereka berpapasan dengan sekitar 25 siswa yang disebutkannya berasal dari SMK Pancoran Mas.
“Baskara…Baskara,” kata Irfan menirukan seruan yang lalu terdengar dari kelompok pelajar lainnya itu. Serangan pun terjadi.
Hujan batu menyergap mereka yang diatas bak truk yang kebetulan juga sedang melaju pelan karena jalan menurun dan jelang persimpangan. “Mereka melempar batu dan satu membawa celurit,” kata Irfan.
Meski tak berlangsung lama, serangan itu didapati menyebabkan Dedi terluka parah di bagian paha dan kepala. Irfan dkk turun di depan mal Depok Trade Center dan menghentikan seorang pengendara motor untuk membawa Dedi ke klinik atau rumah sakit terdekat. “Dia tidak sampai klinik,” kata Irfan.
Kepala Polsek Pancoran, Komisaris Agus Salim, mengatakan telah memeriksa 20 saksi. Mereka terdiri dari 13 Siswa SMK Baskara, 6 dari SMK Pancoran Mas, 4 warga, dan seorang Satpam. “Belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka,” kata dia.
Wakil Kepala Polsek Panmas Ajun Komisaris Ibnu Salim Prasojo mengatakan, kedua sekolah telah sejak lama bermusuhan. “Beberapa saat lalu juga kita sudah melakukan mediasi antara dua sekolah ini,” katanya
Sumber: http://news.detik.com/
Judul Berita: Siswa SMK yang Tewas di Depok Terlibat Tawuran karena Saling Ejek
Isi Berita:
Depok Siswa yang ditemukan tewas berlumuran darah di depan klinik di Depok, Jabar, diketahui identitasnya. Ia dan beberapa temannya terlibat tawuran dengan siswa lain setelah saling ejek di tengah jalan.
Korban diketahui bernama Dedi Triyuda, siswa SMK Baskara Depok. Berdasarkan keterangan saksi yang juga teman korban, korban dan empat temannya naik truk terbuka saat pulang sekolah. Di dekat Depok Town Square (DTC), Jalan Raya Sawangan, mereka bertemu siswa SMK lain. Tak jelas masalahnya, kedua kelompok ini saling ejek.
“Kami dilempar batu. Dia (korban) kena kepala bagian belakang dan berdarah,” kata Ahmad Aldiyansah di Mapolsek Pancoran Mas, Jalan Raya Sawangan, Depok, Rabu (12/9/2012).
Ahmad yang didampingi Suyatno, M. Fahri, dan Reno, turun dari truk sekitar 1,5 km dari lokasi pelemparan. Mereka terlibat tawuran dengan siswa yang melemparkan batu. Korban ditusuk di bagian paha kanan.
Korban lantas diantar seseorang ke klinik. Namun nyawanya tak tertolong. Siswa kelas 2 SMK itu kemudian ditemukan warga tewas bersimbah darah di depan klinik.
Kapolsek Pancoran Mas Kompol Agus Salim menyatakan akan mengembangkan kasus tersebut. Pihaknya masih mencari pelaku. “Kami sudah ketahui identitasnya,” katanya.
Saat ini, belasan siswa dikumpulkan dan diperiksa secara tertutup di Mapolsek Depok. Belum diketahui apakah mereka dari pihak korban atau pelaku. (try/vta)
Sumber: http://megapolitan.kompas.com/
Judul Berita: Pelajar SMK Tawuran, Siswa Baik-baik ini Tewas
Isi Berita:
DEPOK, KOMPAS.com – Untuk keenam kalinya setelah Lebaran, kekerasan terjadi antara siswa Sekolah Menengah Kejuruan Baskara dan SMK Pancoran Mas, Kota Depok. Kedua siswa sekolah ini dikenal bermusuhan. Saat bertemu di mana pun dan kapan pun, kedua pihak saling menyerang dan melukai sehingga meresahkan warga setempat.
Rabu (12/9/2012) pukul 14.30, permusuhan kedua sekolah ini memakan korban. Abu alias Dedi Triyuda (17), yang dikenal sebagai siswa baik-baik, tewas ketika puluhan siswa SMK Pancoran Mas menyerang di Jalan Raya Sawangan. Ketika itu Abu bersama 11 rekannya dari SMK Baskara naik truk pengangkut semen.
Penyerangan terhadap siswa SMK Baskara melukai beberapa siswa hingga kemudian menewaskan Abu. Dia menderita luka karena lemparan batu di kepala dan luka tusuk di selangkangan. Seorang rekannya berusaha menyelamatkan Abu dengan mencegat pengendara sepeda motor, lalu meminta membawa ke dokter atau rumah sakit terdekat. Pukul 15.00, warga menemukan Abu tewas di Apotek Depok Dua, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Kota Depok.
”Kedua sekolah memang sering tawuran. Kami sudah sering mendamaikan, menggelar mediasi, dan penyuluhan. Namun, tetap saja mereka terus tawuran. Peristiwa ini terjadi setelah dua hari sebelumnya mereka tawuran di Jalan Merpati, Depok,” kata Wakil Kepala Polsek Pancoran Mas Ajun Komisaris Ibnu Salim, Rabu (12/9/2012) malam.
Setelah tawuran, polisi mencari saksi dan meminta keterangan mereka. Di lokasi tawuran di Persimpangan Kodim, Jalan Raya Sawangan, polisi menemukan besi lengkung seperti celurit sepanjang 50 sentimeter, semprotan sejenis piloks, dan batu-batu yang diduga dilemparkan saat tawuran.
”Sampai malam ini ada 25 saksi yang kami periksa, mereka adalah 13 siswa SMK Baskara, 6 siswa SMK Pancoran Mas, sisanya dari warga dan petugas keamanan yang melihat peristiwa itu. Kami masih mencari barang bukti yang belum kami dapatkan,” kata Ibnu.
Siswa baik
Abu, siswa kelas II SMK Baskara, dikenal tetangganya sebagai remaja baik. Suparno, Ketua RW 10 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, sangat kehilangan Abu. Dia mengenal Abu sebagai siswa baik karena bertetangga dekat dengannya. Dia mengecam sekolah yang tidak serius membina siswanya agar tidak terlibat tawuran.
”Peristiwa ini sudah sering terjadi. Kami bosan mendengarnya. Seharusnya sekolah dapat membina siswanya agar tidak tawuran,” kata Suparno.
Rabu petang, polisi membawa jenazah Abu ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Abu tewas dengan seragam sekolah melekat di tubuhnya. Tidak jelas siapa yang membawa Abu ke Apotek Depok Dua di Jalan Keadilan Nomor 41, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok.
”Mayat sampai klinik pukul 15.00. Seseorang turun dari angkot, membawanya dalam kondisi sudah tidak sadar. Lalu dia bilang ke saya, ’Tolong dibersihin’,” tutur Pandu (23), penjaga Apotek Depok Dua.
Beberapa tahun terakhir, meski siswa dua sekolah sering terlibat tawuran, tidak pernah ada korban tewas. Penyidik sementara menggunakan Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Wakil Kepala Polsek Pancoran Mas Ajun Komisaris Ibnu menilai peristiwa itu adalah penyerangan, bukan tawuran. Mereka yang terlibat diancam hukuman 12 tahun penjara.
”Korban memang masih anak-anak. Kami akan mempertimbangkan penggunaan pasal Undang-Undang Perlindungan Anak,” tutur Ibnu. (Andy Riza Hidayat)

Upaya Mengatasi Tawuran:

  1. Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.
  2. Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara:
    a. Mengasuh anak dengan baik.
    -Penuh kasih sayang
    -Penanaman disiplin yang baik
    -Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
    -Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
    -Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
    b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
    c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan
    Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
    d. Memperkuat kehidupan beragama
    Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
    e. Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya.
    f. Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial). Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
  3. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:
    a. Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bisa Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan berkeyakinan kepada Tuhan.
    b. Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas Remaja.
    c. Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama di antara sekolah-sekolah yang secara “tradisional bermusuhan” itu.
  4. LSM dan Aparat Kepolisian.  LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan dan melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian perkara tawuran. Tawuran bisa terjadi antar pelajar sekolah, antar mahasiswa kampus, antar warga, antar pendukung / suporter, antar pemeluk agama, antar suku, dan bisa juga antara warga dengan pelajar, antara pendukung parpol dengan polisi dan lain sebagainya.
Tawuran yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah tawuran pelajar sekolah. Tawuran antar murid sekolah biasanya terjadi karena berbagai hal, yaitu seperti :
- Budaya atau kebiasaan murid sekolah dari dulu
- Saling pelotot-pelototan antar pelajar sekolah
- Saling ejek-mengejek antar pelajar sekolah
- Ingin balas dendam karena ada yang diganggu
- Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan, dll
Tawuran pelajar yang sudah menjadi budaya akan sulit diberantas karena siswa siswi yang bandel akan menjadi provokator tawuran dan memaksa teman-temannya serta adik kelas untuk ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan dimusuhi, dikerjai, dimaki-maki, diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberantas tawuran pelajar dari muka bumi indonesia, yaitu seperti :
  1. Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
    Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
  2. Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
    Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
  3. Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain
    Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
  4. Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
    Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
  5. Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
    Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar