Hari
kemarin sepulang kerja saya kaget sekali ada kabar bahwa ada siswa SMK
Baskara Depok yang meninggal akibat tawuran antara SMA Baskara dengan
SMK Pancoran Mas Depok yang terjadi di dekat Depok Town Square (DTC). Tawuran terjadi saat pulang sekolah sekitar jam 3 sore.
Ternyata siswa SMK tersebut tinggal dekat dengan rumah saya. Miris
sekali hati saya mendengar berita ini. Nama siswa yang terkena musibah
itu adalah Abu alias Dedi Triyuda,
siswa kelas 2 SMK Baskara Depok berumur 17 tahun berbadan kurus dan
berasal dari keluarga sederhana. Sampai jam 7 tadi malam di depan rumah
Abu masih banyak teman2nya menunggu kedatangan jenazah Abu. Dedi Triyuda
memang dikenal pendiam, tapi dia juga disegani karena dia juga anggota
geng preman sekitar DTC yang biasa diundang jika ada tawuran. Pada hari
yang naas itu, dia sempat segan pergi ke sekolah, karena dia merasa dia
akan menjadi target pada tawuran hari selasa tersebut (hal ini
diungkapkan pada teman dekat rumahnya), tapi apa daya pada hari naas itu
dia dimarahi ayahnya agar pergi sekolah. Maka pergilah dia sekolah,
ternyata dugaan Abu benar, dia menjadi target pada tawuran tersebut.
Peristiwa ini terjadi setelah dua hari sebelumnya mereka tawuran di
Jalan Merpati, Depok.
Oleh
sebab itu saya cari berita sebenarnya di internet. Berikut saya
tuliskan beritanya. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang merasa
mempunyai anak yang masih duduk di SMA.
Abu
(17) pelajar SMK Baskara, Kota Depok tewas saat tawuran dengan pelajar
dari sekolah lain. Mayatnya dibawa petugas kepolisian dari Pancoran Mas,
Kota Depok, Rabu (12/9).
Sumber Berita:
http://news.detik.com/ Judul Berita: Siswa SMK Depok Ditemukan Tewas Berlumuran Darah di Depan Klinik
Isi Berita:
Depok
Seorang siswa SMK ditemukan tewas di depan sebuah klinik, Jalan
Keadilan, Rawa Denok, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jabar.
Tubuhnya berlumuran darah. Diduga, ia korban tawuran.
Korban
yang belum diketahui identitasnya itu menggunakan kaos kuning
bertuliskan ‘SMK Baskara, Elektronik Komunikasi’, celana warna abu-abu,
dan sepatu warna hitam. Dia berkulit sawo matang, kurus, dan tinggi
sekitar 160 cm.
Saksi mata, Abduh,
menyatakan sekitar pukul 15.20 WIB, Rabu (12/9/2012), ada beberapa siswa
SMK yang turun dari angkot. Tak lama kemudian, terdengar teriakan minta
tolong. “Dari dalam klinik, saya lihat ada yang terkulai,” kata pegawai
klinik ini.
Abduh mengaku sempat
melihat seseorang berlari ke arah barat. Namun ia tidak melihat wajah
orang itu dengan jelas. “Yang terlihat cuma ada yang lari,” katanya.
Informasi penemuan mayat itu segera tersebar. Warga berdatangan. Polisi pun mengamankan lokasi untuk penyelidikan.
Kapolsek
Pancoran Mas, Kompol Agus Salim, menduga mayat tersebut adalah korban
tawuran. Siang tadi, polisi mendapat laporan adanya tawuran di depan ITC
Jalan Raya Sawangan dan Beji. “Kita masih menyelidiki dan mencari
saksi-saksi,” katanya di lokasi kejadian.
Sekitar
pukul 16.20 WIB, polisi masih menggelar olah TKP. Jenazah ditutupi
sarung kotak-kotak warna hijau. Di sekelilingnya ditandai dengan coretan
kapur. Puluhan warga sekitar berkerumun.
Isi Berita:
DEPOK,
KOMPAS.com — Sampai Rabu (12/9/2012) malam, penyidik Kepolisian Sektor
Pancoran Mas sudah memeriksa 25 orang. Mereka dimintai keterangan
terkait kekerasan yang terjadi antara Sekolah Menengah Kejuruan Baskara
dan SMK Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.
Kedua
sekolah dikenal sering terlibat kekerasan. Peristiwa ini terjadi dua
hari setelah siswa dari dua sekolah itu tawuran di Jalan Merpati, Depok.
Dalam peristiwa ini beberapa orang terluka dan seorang siswa SMK Baskara bernama Abu alias Dedi Triyuda (17) tewas.
“Sampai
malam ini ada 25 saksi yang kami periksa, mereka adalah 13 siswa SMK
Baskara, enam siswa SMK Pancoran Mas, sisanya dari warga dan petugas
keamanan yang melihat peristiwa itu. Kami masih mencari barang bukti
yang belum kami dapatkan,” kata Wakil Kepala Polsek Pancoran Mas Ajun
Komisaris Ibnu Salam.
Belum ada dari
seluruh yang diperiksa penyidik menjadi tersangka. Penyidik membawa
sebagian dari yang diperiksa ke luar Markas Polsek Pancoran Mas untuk
mencari barang bukti.
Di lokasi
penyerangan di persimpangan Kodim, Jalan Raya Sawangan, polisi menemukan
besi lengkung seperti celurit sepanjang 50 sentimeter, semprotan
sejenis piloks, serta batu-batu yang diduga dilemparkan saat tawuran.
Kekerasan
yang terjadi antara SMK Baskara dan SMK Pancoran Mas berlangsung tadi
sore pukul 14.30. Pukul 15.00 jenazah Abu ditemukan warga di Apotek
Depok Dua, Jalan Keadilan, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas. Kedua
sekolah dikenal sering terlibat kekerasan. Peristiwa ini terjadi dua
hari setelah siswa dari dua sekolah itu tawuran di Jalan Merpati, Depok.
Malam ini para orangtua siswa mendatangi markas polsek. Mereka mencari kabar keselamatan anak-anaknya setelah tawuran.
Editor: Marcus Suprihadi
Isi Berita:
TEMPO.CO,
Depok-Seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan tewas dalam tawuran
dengan sesama pelajar di Pancoran Mas, Depok, Rabu 12 September 2012.
Dedi Triyuda, 17 tahun, siswa kelas dua SMK Baskara dibacok dengan
celurit dan dilempari batu.
“Ada satu
orang memakai celurit dan langsung bacok dan ada yang melempari batu,”
kata rekan korban, Muhammad Irfan, 18 tahun, saat ditemui di Markas
Polsek Pancoran Mas, Depok, Rabu 12 September 2012.
Irfan
mengatakan, tawuran terjadi sekitar pukul 15.30. Saat itu dia dan 11
temannya pulang sekolah dengan menumpang truk semen. Saat mereka
melewati Jalan Raya Sawangan mereka berpapasan dengan sekitar 25 siswa
yang disebutkannya berasal dari SMK Pancoran Mas.
“Baskara…Baskara,” kata Irfan menirukan seruan yang lalu terdengar dari kelompok pelajar lainnya itu. Serangan pun terjadi.
Hujan
batu menyergap mereka yang diatas bak truk yang kebetulan juga sedang
melaju pelan karena jalan menurun dan jelang persimpangan. “Mereka
melempar batu dan satu membawa celurit,” kata Irfan.
Meski
tak berlangsung lama, serangan itu didapati menyebabkan Dedi terluka
parah di bagian paha dan kepala. Irfan dkk turun di depan mal Depok
Trade Center dan menghentikan seorang pengendara motor untuk membawa
Dedi ke klinik atau rumah sakit terdekat. “Dia tidak sampai klinik,”
kata Irfan.
Kepala Polsek Pancoran,
Komisaris Agus Salim, mengatakan telah memeriksa 20 saksi. Mereka
terdiri dari 13 Siswa SMK Baskara, 6 dari SMK Pancoran Mas, 4 warga, dan
seorang Satpam. “Belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka,” kata
dia.
Wakil Kepala Polsek Panmas Ajun
Komisaris Ibnu Salim Prasojo mengatakan, kedua sekolah telah sejak lama
bermusuhan. “Beberapa saat lalu juga kita sudah melakukan mediasi antara
dua sekolah ini,” katanya
Sumber:
http://news.detik.com/ Judul Berita: Siswa SMK yang Tewas di Depok Terlibat Tawuran karena Saling Ejek
Isi Berita:
Depok
Siswa yang ditemukan tewas berlumuran darah di depan klinik di Depok,
Jabar, diketahui identitasnya. Ia dan beberapa temannya terlibat tawuran
dengan siswa lain setelah saling ejek di tengah jalan.
Korban diketahui bernama Dedi Triyuda,
siswa SMK Baskara Depok. Berdasarkan keterangan saksi yang juga teman
korban, korban dan empat temannya naik truk terbuka saat pulang sekolah.
Di dekat Depok Town Square (DTC), Jalan Raya Sawangan, mereka bertemu
siswa SMK lain. Tak jelas masalahnya, kedua kelompok ini saling ejek.
“Kami
dilempar batu. Dia (korban) kena kepala bagian belakang dan berdarah,”
kata Ahmad Aldiyansah di Mapolsek Pancoran Mas, Jalan Raya Sawangan,
Depok, Rabu (12/9/2012).
Ahmad yang
didampingi Suyatno, M. Fahri, dan Reno, turun dari truk sekitar 1,5 km
dari lokasi pelemparan. Mereka terlibat tawuran dengan siswa yang
melemparkan batu. Korban ditusuk di bagian paha kanan.
Korban
lantas diantar seseorang ke klinik. Namun nyawanya tak tertolong. Siswa
kelas 2 SMK itu kemudian ditemukan warga tewas bersimbah darah di depan
klinik.
Kapolsek Pancoran Mas Kompol
Agus Salim menyatakan akan mengembangkan kasus tersebut. Pihaknya masih
mencari pelaku. “Kami sudah ketahui identitasnya,” katanya.
Saat
ini, belasan siswa dikumpulkan dan diperiksa secara tertutup di
Mapolsek Depok. Belum diketahui apakah mereka dari pihak korban atau
pelaku. (try/vta)
Isi Berita:
DEPOK,
KOMPAS.com – Untuk keenam kalinya setelah Lebaran, kekerasan terjadi
antara siswa Sekolah Menengah Kejuruan Baskara dan SMK Pancoran Mas,
Kota Depok. Kedua siswa sekolah ini dikenal bermusuhan. Saat bertemu di
mana pun dan kapan pun, kedua pihak saling menyerang dan melukai
sehingga meresahkan warga setempat.
Rabu (12/9/2012) pukul 14.30, permusuhan kedua sekolah ini memakan korban. Abu alias Dedi Triyuda
(17), yang dikenal sebagai siswa baik-baik, tewas ketika puluhan siswa
SMK Pancoran Mas menyerang di Jalan Raya Sawangan. Ketika itu Abu
bersama 11 rekannya dari SMK Baskara naik truk pengangkut semen.
Penyerangan
terhadap siswa SMK Baskara melukai beberapa siswa hingga kemudian
menewaskan Abu. Dia menderita luka karena lemparan batu di kepala dan
luka tusuk di selangkangan. Seorang rekannya berusaha menyelamatkan Abu
dengan mencegat pengendara sepeda motor, lalu meminta membawa ke dokter
atau rumah sakit terdekat. Pukul 15.00, warga menemukan Abu tewas di
Apotek Depok Dua, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Kota
Depok.
”Kedua sekolah memang sering
tawuran. Kami sudah sering mendamaikan, menggelar mediasi, dan
penyuluhan. Namun, tetap saja mereka terus tawuran. Peristiwa ini
terjadi setelah dua hari sebelumnya mereka tawuran di Jalan Merpati,
Depok,” kata Wakil Kepala Polsek Pancoran Mas Ajun Komisaris Ibnu Salim,
Rabu (12/9/2012) malam.
Setelah
tawuran, polisi mencari saksi dan meminta keterangan mereka. Di lokasi
tawuran di Persimpangan Kodim, Jalan Raya Sawangan, polisi menemukan
besi lengkung seperti celurit sepanjang 50 sentimeter, semprotan sejenis
piloks, dan batu-batu yang diduga dilemparkan saat tawuran.
”Sampai
malam ini ada 25 saksi yang kami periksa, mereka adalah 13 siswa SMK
Baskara, 6 siswa SMK Pancoran Mas, sisanya dari warga dan petugas
keamanan yang melihat peristiwa itu. Kami masih mencari barang bukti
yang belum kami dapatkan,” kata Ibnu.
Siswa baik
Abu,
siswa kelas II SMK Baskara, dikenal tetangganya sebagai remaja baik.
Suparno, Ketua RW 10 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, sangat
kehilangan Abu. Dia mengenal Abu sebagai siswa baik karena bertetangga
dekat dengannya. Dia mengecam sekolah yang tidak serius membina siswanya
agar tidak terlibat tawuran.
”Peristiwa
ini sudah sering terjadi. Kami bosan mendengarnya. Seharusnya sekolah
dapat membina siswanya agar tidak tawuran,” kata Suparno.
Rabu
petang, polisi membawa jenazah Abu ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta
Timur. Abu tewas dengan seragam sekolah melekat di tubuhnya. Tidak jelas
siapa yang membawa Abu ke Apotek Depok Dua di Jalan Keadilan Nomor 41,
Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok.
”Mayat
sampai klinik pukul 15.00. Seseorang turun dari angkot, membawanya
dalam kondisi sudah tidak sadar. Lalu dia bilang ke saya, ’Tolong
dibersihin’,” tutur Pandu (23), penjaga Apotek Depok Dua.
Beberapa
tahun terakhir, meski siswa dua sekolah sering terlibat tawuran, tidak
pernah ada korban tewas. Penyidik sementara menggunakan Pasal 170 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana.
Wakil
Kepala Polsek Pancoran Mas Ajun Komisaris Ibnu menilai peristiwa itu
adalah penyerangan, bukan tawuran. Mereka yang terlibat diancam hukuman
12 tahun penjara.
”Korban memang masih
anak-anak. Kami akan mempertimbangkan penggunaan pasal Undang-Undang
Perlindungan Anak,” tutur Ibnu. (Andy Riza Hidayat)
Upaya Mengatasi Tawuran:
- Dengan
memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan
dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku
mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu
luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti
kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler,
dll.Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang
period (topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga
perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi
waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti
kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.
- Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara:
a. Mengasuh anak dengan baik.
-Penuh kasih sayang
-Penanaman disiplin yang baik
-Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
-Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
-Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan
Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
d. Memperkuat kehidupan beragama
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat
nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Melakukan pembatasan dalam menonton adegan
film yang terdapat tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan
permainan video game yang cocok dengan usianya.
f. Orang tua
menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki
keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun
anti-sosial). Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan
jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
- Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:
a. Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bisa
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika,
dan berkeyakinan kepada Tuhan.
b. Pendirian suatu sekolah baru
perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, karena tempat
tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas Remaja.
c. Sekolah yang
siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang
terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan
penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian
bersama di antara sekolah-sekolah yang secara “tradisional bermusuhan”
itu.
- LSM dan
Aparat Kepolisian. LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di
sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar
dapat menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam
menngulangi tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan dan
melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
Tawuran
adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam
bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan
dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat
kejadian perkara tawuran. Tawuran bisa terjadi antar pelajar sekolah,
antar mahasiswa kampus, antar warga, antar pendukung / suporter, antar
pemeluk agama, antar suku, dan bisa juga antara warga dengan pelajar,
antara pendukung parpol dengan polisi dan lain sebagainya.
Tawuran
yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah
tawuran pelajar sekolah. Tawuran antar murid sekolah biasanya terjadi
karena berbagai hal, yaitu seperti :
- Budaya atau kebiasaan murid sekolah dari dulu
- Saling pelotot-pelototan antar pelajar sekolah
- Saling ejek-mengejek antar pelajar sekolah
- Ingin balas dendam karena ada yang diganggu
- Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan, dll
Tawuran
pelajar yang sudah menjadi budaya akan sulit diberantas karena siswa
siswi yang bandel akan menjadi provokator tawuran dan memaksa
teman-temannya serta adik kelas untuk ikut ambil bagian dalam tawuran
antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan dimusuhi,
dikerjai, dimaki-maki, diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan kasar
dari para pelajar nakal.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberantas tawuran pelajar dari muka bumi indonesia, yaitu seperti :
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari
sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan
memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan
pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai
hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang
membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus
diberi sanksi.
Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan
penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika
terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana
pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar
sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan
serangan balasan, kecuali terpaksa.
Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang
sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada
siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan dilakukan
bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat jahat
dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi
membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak
saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang
lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang
berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi
tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan
berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran
pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran,
namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran
olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain
sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan
bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama
sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.